(0274) 4415024 smamuhpleret@yahoo.com

Muhammadiyah selain sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia bersama dengan NU juga dikenal sebagai lembaga sosial. Baik dari penyediaan layanan publik berupa rumah sakit hingga sekolah selalu Muhammadiyah usahakan keberadaannya dari kota hingga ke pelosok desa. Itu semuanya adalah bentuk dari pengaplikasian terhadap surat Al-Ma’un.

Surat Al-Ma’un begitu populer di kalangan warga Muhammadiyah. Pasalnya sang pendiri organisasi begitu gencar dalam pengulangan surat tersebut ketika mengajar murid-muridnya. Bahkan karena terlalu seringnya sang kyai membahas surat tersebut banyak di antara murid-muridnya yang bosan.

Sebenarnya surat al-Ma’un bukanlah surat yang panjang dibandingkan dengan surat lainnya di dalam Al-Qur’an. Namun latar belakang sang kyai selalu mengulang pembahasannya adalah karena pentingnya isi surat tersebut. Berikut adalah terjemahan dari surat Al-Ma’un :

“Tahukah engkau (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya yang berbuat ria dan enggan (memberikan) bantuan.”

Al-Ma’un surat ke 107 dalam Al-Qur’an, sumber : SRIPOKU.COM

Surat Al-Ma’un hanya berisi 7 ayat yang semuanya lafadznya hanya pendek-pendek. Jika kita membuka Al-Quran maka surat tersebut berada pada urutan surat yang ke 107. Dan surat tersebut merupakan surat makkiyah karena penurunan surat ketika Rasulullah Saw berada di Makkah.

Pemahaman sang kyai berkenaan dengan surat tersebut begitu mendalam sehingga beliau tidak hanya menginginkan muridnya sekedar paham saja. Namun beliau berharap semua muridnya mengamalkannya karena saat itu kondisinya kesenjangan sosial memang begitu memprihatinkan.

Terlebih adanya pihak Belanda yang melakukan penjajahan kepada negeri ini. Membuat masyarakat yang bukan berasal dari kalangan bangsawan hidupnya semakin memprihatinkan. Maka kyai Ahmad Dahlan sebagai seseorang yang memahami agama mempraktikkan menolong sesama berdasarkan surat Al-Ma’un.

“Kalian sudah hafal surat al-Maun, tapi bukan itu yang saya maksud. Amalkan! Diamalkan, artinya dipraktekkan, dikerjakan! Rupanya, saudara-saudara belum mengamalkannya,” ucap Ahmad Dahlan seperti dikutip Junus Salam dalam K.H. Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya (2009).

Menjaga Semangat Al-Ma’un

Meski perkembangan teknologi dan perubahan keadaan sekarang telah dirasakan kaum muslim dan penduduk Indonesia. Baik dari gaya hidup dan kemudahan lainnya seperti tersedianya layanan internet kantor sebagai tanda kemajuan zaman. Nyatanya masih juga dijumpai kesenjangan sosial.

Kesenjangan sosial yang ada saat ini bahkan menyentuh berbagai lini kehidupan. Baik dari pendidikan, ekonomi maupun sosial. Masyarakat kelas bawah banyak yang mengalami kehidupan yang jauh daripada kata layak. Bahkan kata-kata yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin saat ini semakin kerap didengarkan.

Kesenjangan sampai saat ini masih dirasakan, sumber : websitependidikan.com

Ada banyak penyebab dimana masyarakat tetap menghadapi kesenjangan walaupun telah merdeka lebih dari 70 tahun. Pengelolaan negara dan juga tidak diterapkannya ajaran agama islam menjadi alasan mendasarnya. Sehingga harapan Muhammadiyah untuk menjadikan negeri ini menjadi baldatun thoyibatun wa robbun ghafur belum juga terealisasikan.

Terlebih masa pandemi yang dihadapi manusia saat ini semakin menjadikan pukulan keras terhadap kehidupan. Kesenjangan sosial semakin dirasakan. Bahkan para pengusaha yang telah lama menggunakan jasa website pun banyak yang mengelauh pada masa awal pandemi covid 19.

Tentu hal ini segera direspon oleh Muhammadiyah. Sebagai organisasi yang lahir dari kesadaran terhadap kesenjangan sosial melalui pengamalan surat Al-Ma’un, Muhammadiyah melakukan tindakan dalam menghadapi pandemi ini.

Jurus MPM PP Muhammadiyah

Melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, pandemi covid 19 dihadapi dengan tiga level jurus. Diharapkan dengan respon ini dapat membantu masyarakat dalam urusan ketahan pangan dalam menghadapi pandemi.

Dilansir dari Muhammadiyah.or.id level pertama untuk menghadapi pandemi yang dicanangkan Muhammadiyah adalah level mikro. Dimana persyarikatan menggerakkan komunitas keluarga terlebih warga binaan untuk bisa mencukupi kebutuhan pangannya. Getapak atau gerakan ketahanan pangan keluarga menjadi program unggulannya.

Pada level kedua Muhammadiyah menggencarkan semangat gotong-royong atau ta’awun. Dimana pelaksanaan gerakan di level dua ini mencakup lebih besar dari yang pertama. Program chantelan atau dengan mengaitkan makanan dalam plastik atau keranjang di lingkungan masjid atau RT adalah produk unggulan dari level ini. Dan hal ini begitu gencar di awal pandemi kemarin, namun saat ini sudah mulai surut jumlahnya.

Dan pada level yang ketiga adalah program makro. Dimana Muhammadiyah mendorong pemerintah untuk menerbitkan kebijakan yang pro terhadap masyarakat kecil yang terdampak pandemi covid 19. Dengan tiga level ini diharapkan dapat mengcover semua lini kesulitan yang dialami oleh masyarakat.

Baca Juga : Mengenal IPM Dan Kegiatannya

Pandemi berpotensi memunculkan kesenjangan sosial baru, sumber : pixabay.com

Itulah tiga jurus yang dilakukan Muhammadiyah dalam merespon pandemi yang tak berkesudahan ini. Pandemi yang berpotensi membuka kesenjangan sosial baru yang lebih besar lagi. Karena sebagaimana yang kita tahu, pandemi ini melahirkan begitu banyak pengangguran akibat PHK yang dilakukan oleh banyak perusahaan.

Selain sebagai program kemanusiaan, apa yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah ini juga merupakan aplikasi pada aspek ilahiyan. Dimana menerapkan perintah Allah SWT melalui surat Al-Ma’un. Sehingga tradisi dan penjagaan terhadapnya akan tetap ada.

Menjaga tradisi semangat Al-Ma’un harus selalu dijaga baik dalam tubuh persyarikatan ataupun melalui generasi penerus Muhammadiyah di amal usahanya seperti sekolah. Sehingga semangat ini senantiasa terjaga hingga akhir nanti. Sehingga Muhammadiyah bisa terus menciptakan layanan bagi masyarakat yang lainnya. Layanan yang akan membantu mereka dari masa ke masa untuk menghadapi dinamika kehidupan yang terus ada.