Kota Yogyakarta atau yang sering disebut dengan kota Jogja, kota pelajar yang menyimpan segudang kisah sejarah. Jika anda berkunjung ke kota ini akan sangat mudah dijumpai bangunan-bangunan kuno yang bernilai sejarah. Salah satu tempat yang memiliki sejarah yang masih bisa dikulik saat ini kampung Kauman.
Kampung Kauman, sebuah tempat yang begitu dekat dengan keraton Jogja ini memiliki banyak bangunan bersejarah. Ketika anda berjalan melalui lorong-lorong kampung ini sambil melihat bangunan yang ada, seakan anda akan kembali ke masa lalu.
Salah satu yang mempengaruhi hal tersebut adalah banyak bangunan yang sengaja dijaga keasliannya seperti Masjid Gede Kauman. Model bangunan masa lalu yang terkenal kokoh dan mengandung nilai filosofis tersebut akan menjaga suasana seperti pada masa lalu. Maka tidak heran jika banyak kontraktor yang meniru model bangunan lama sebagaimana jasa kontraktor Jogja.

Yang termasuk ke dalam bangunan lama bersejarah selain Masjid Kauman adalah Langgar Kidoel. Sebuah tempat ibadah yang juga dikenal dengan mushola ini menjadi tempat dimana organisasi islam Muhammadiyah berdiri. Organisasi islam terbesar di Indonesia selain Nahdhatul Ulama (NU).
Langgar Kidoel Dan Muhammadiyah
Langgar Kidoel yang lebih dikenal dengan nama Langgar K.H Ahmad Dahlan dimasa sekarang ini merupakan tempat yang begitu terkesan bagi Muhammadiyah. Karena disanalah sang pendiri yaitu K.H Ahmad Dahlan menghabiskan waktu dalam perencanaan dan mendeklarasikan berdirinya organisasi yang memiliki lambang matahari.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa setiap tempat itu memiliki tradisi. Maka kampung Kauman pada masa lalu pun juga demikian. Tradisi yang ada di Kauman adalah bahwa tidak semua orang bisa membangun langgar atau mushola. Hanya orang yang dianggap berilmu agama tinggilah yang bisa mendirikan langgar seperti kyai khatib amin, penghulu kerajaan dan orang yang semacamnya.
Baca Juga : Masjid At-Tanwir Ramah Lingkungan dan Disabilitas
Saat itu K.H Ahmad Dahlan menyandang gelar sebagai kyai khatib amin. Gelar yang didapatkan dari pendahulunya yang diwariskan kepadanya. Itulah sebabnya beliau bisa memiliki langgar sendiri. Langgar yang bisa beliau manfaatkan dan kelola sendiri tanpa campur tangan pihak lain.
Sampai saat ini ada sekitar sepuluh masjid yang berada di kampung Kauman. Namun semua langgar tersebut tidak mengumandangkan adzan sebagaimana langgar diluar sana. Ketika ingin melaksanakan ibadah sholat semua langgar tersebut mengikuti adzan yang dikumandangankan Masjid Gede Kauman. Masjid sentral yang menjadi panutan.

Selain fungsinya sebagai tempat beribadah keluarga, para perempuan dan anak-anak. Langgar Kidoel juga memilik peran lain yaitu sebagai tempat belajar, mengaji dan berdiskusi. Murid dari K.H Ahmad Dahlan datang dari kalangan abdi dalem, buruh pabrik batik dan warga sekitar. Namun akhirnya seiring berjalannya waktu langgar tidak mencukupi lagi sebagai tempat belajar.
Terlebih ketika Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) juga mulai mengajar dan banyak menerima murid perempuan. Pemisahan antara pelajar laki-laki dan perempuan membuat langgar benar-benar tidak bisa digunakan. Akhirnya muncullah ide untuk membuat pawiyatan di depan Langgar Kidoel.
K.H Ahmad Dahlan yang memiliki pemikiran berkemajuan tentunya telah memiliki banyak cara untuk melanjutkan perjuangannya. Dari pengalaman yang didapatkannya setelah menjadi pengajar di sekolahan miliki Belanda akhirnya beliau memiliki sekolah pertama di Indonesia miliki pribumi yang dikenal dengan Madrasah Ibtidaiyah. Itulah K.H Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah yang peduli pendidikan.
Pemikiran berkemajuan yang lain dari K.H Ahmad Dahlan adalah dalam urusan administrasi dan keorganisasian. Beliau begitu detail didalam segala sesuatu. Bersama dengan murid-murid terdekatnya akhirnya Muhammadiyah berhasil didirikan pada tanggal 18 November 1912 M.
Oleh sebab kemodernan gaya berfikir beliau dan kedekatannya dengan sekolah Belanda itu pula lah yang menjadikan banyak orang yang menilainya sebagai kyai kafir. Terlebih para tokoh yang pikirannya kolot dan tidak berani melakukan perubahan. Penilaian yang bersifat sementara dan segera sirna.
Langgar Kidoel memiliki bangunan dua lantai dengan corak khas bangunan lama. Lantai bagian atas sering digunakan sebagai tempat berdiskusi baik bersama para ulama lain ataupun bersama murid-muridnya. Tidak terkecuali berdiskusi di dalam perumusan pendirian Muhammadiyah.

Jenis bahan bangunan yang digunakan pada mulanya masih banyak komponen kayu terutama bagian lantai dua. Namun seiring berkembangnya zaman mulai diperbaiki dengan komponen pengeras seperti semen.
Langgar Di Masa Sekarang
Dengan demikian langgar tersebut masih berdiri hingga saat ini dan tentunya dengan pemanfaatan. Langgar masih digunakan untuk aktifitas organisasi, rapat dan pertemuan lainnya. Sehingga tidak dibiarkan begitu saja tanpa adanya perawatan.
Terlebih pada hari-hari tertentu khususnya hari libur banyak wisatawan yang mengunjungi langgar ini. Wisatawan yang datang dari dalam kota ataupun luar kota tersebut biasanya berkunjung untuk mempelajari sejarahnya selain untuk mengenang kejadian di masa lalu.
Namun tentu saja pengunjung rata-rata adalah mereka yang memiliki kaitan dengan Muhammadiyah. Baik dari pelajar yang melakukan study tour ataupun para mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Untuk masyarakat umum biasanya mereka yang memiliki pengetahuan luas yang ingin menambah wawasan.
Perawatan yang dilakukan lebih dekat kepada perawatan mandiri yang dilakukan oleh turunan K.H Ahmad Dahlan. Sehingga dengan demikian selain penjagaan dan perawatan lebih maksimal, tentunya juga lebih memiliki kehati-hatian karena menyangkut leluhurnya.
Nah itulah Langgar Kidoel yang berada di dkampung Kauman. Sebuah bangunan sejarah yang lekat dengan berdirinya Muhammadiyah. Jika anda ingin kesana lokasinya dapat dijangkau dengan mudah. Jika anda berada di alun-alun utara keraton Jogja, tinggal beberapa meter saja lokasi dapat dijangkau.