(0274) 4415024 smamuhpleret@yahoo.com

Kemerdekaan negeri ini tak lepas dari perjuangan seluruh rakyat. Hampir semua elemen berjuang dengan sekuat tenaga untuk memerdekakan negeri ini, termasuk warga Muhammadiyah. Banyak kader yang rela berkorban baik harta maupun nyawa, kemudian hasilnya dapat kita rasakan yaitu kemerdekaan.

Salah satu bekas perlawanan dan perjuangan adalah apa yang tersimpan di Gedung Mu’alimin Yogyakarta. Sebagai sebuah institusi pendidikan kader milik Muhammadiyah, Mu’alimin tidak hanya menjalankan kegiatan belajar mengajar saja. Bahkan saat itu juga dijadikan sebagai tempat untuk merencanakan perlawanan pada penjajah.

Jika saat ini gedung yang dimiliki oleh institusi pendidikan tersebut terlihat besar dan bagus, namun kejadian yang telah dilewati begitu luar biasa. Bahkan tidak kurang dari tiga kali gedung sekolah tersebut mengalami kehancuran akibat gempuran yang dilakukan pihak Belanda.

Saat ini gedung yang semakin memiliki fasilitas lengkap dan dukungan dari berbagai pihak, itu karena sejarah yang disimpannya. Gedung besar sebagaimana yang dibuat oleh perusahaan konstruksi di Jakarta tersebut bahkan selalu melakukan perbaikan guna meningkatkan fasilitas untuk pelayanan pendidikan yang baik.

Mu’allimin adalah sekolah kader Muhammadiyah, sumber : Muhammadiyah.or.id

Sejarah Berdirinya Mu’allimin

Pada mulanya Madrasah Mu’allimin Yogyakarta bernama Qismul Arqa’. Sebuah institusi pendidikan yang didirikan langsung oleh K.H Ahmad Dahlan pada tahun 1918. Kemudian pada tahun 1920 berubah menjadi Pondok Muhammadiyah lalu empat tahun kemudian berubah lagi menjadi Kweekschool Muhammadijah.

Pemantapan model pengajaran dan institusi terjadi setelah Kongres Muhammadiyah tahun 1930. Setelah itu Madrasah Mu’allimin mantap menjadi Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Muhammadiyah. Dengan demikian pembelajaran pun dipisah antara laki-laki dengan perempuan.

Dengan model pendidikan yang demikian para pelajar dapat belajar lebih baik lagi. Sehingga orientasi pendidikan bagi kader Muhammadiyah yang akan meneruskan estafet perjuangan islam akan lebih memungkinkan untuk diwujudkan.

Gedung untuk pembelajaran pun dipisahkan tidak pada satu lokasi. Namun gedung Madrasah Mu’allimin yang menampung pelajar putra berada di daerah Ketanggungan Yogyakarta, dan Madrasah Mu’allimat untuk siswa putri berlokasi di daerah Notoprajan Yogyakarta.

Saat ini pengelolaan institusi pendidikan ini berada langsung pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengelolaan dan tanggung jawab tersebut ditegaskan dalam surat keputusan PP Muhammadiyah No 63/SK-PP/VI-C/4.a/1994 Tentang Qoidah Madrasah Mu’allimin-Mu’allimat Yogyakarta.

Model pendidikan yang diselenggarakan pun juga telah mengalami perubahan. Jika masa lalu sistem maskan/asrama menggunakan sistem yang bukan merupakan kesatuan dengan madrasah, maka pada tahun 1980 sistem long life education mulai diterapkan. Dengan kesamaan sistem antara madrasah dan asrama maka hasil pendidikan tentu akan lebih maksimal.

Asrama yang juga dilengkapi dengan pagar seperti pada pembuatan pagar di Jogja yang lainnya membuatnya semakin aman. Sehingga tidak semua orang yang bisa masuk membuat asrama tenang dan nyaman. Yang belajar bisa cepat dalam menyerap ilmu serta yang istirahat tidak akan terganggu.

Asrama yang menyatu dengan sekolah dalam sistemnya akan lebih baik, sumber :jogja.suara.com

Dengan penggunaan sistem yang demikian pengakuan Mu’allimin sebagai pondok pesantren pun telah dikantongi secara resmi. Pada tahun 1984 Departemen Agama RI mengakuinya sebagai pondok pesantren sebagaimana pondok yang lainnya.

Sehingga berkaitan dengan kurikulum yang digunakan pun madrasah ini tidak jauh berbeda dengan pesantren lainnya. Adopsi dari kitab kuning yang dilakukan diterapkan dengan teknik kurikulum silang yang memadukan antara tsanawiyah dan aliyah. Namun tentang keislaman dan kemuhammadiyahan tetap tidak ditinggalkan.

Baca Juga : Kampus Muhammadiyah Terbaik Di Jogja

Sejarah Indonesia Di Gedung Madrasah

Pada 4 Mei 2021 http://mpi.muhammadiyah.or.id/ secara resmi merilis sebuah artikel tulisan Sri Sultan Hamengkubuwono IX berkaitan sebuah sejarah. Sejarah yang berkaitan antara gedung milik Muhammadiyah ini dengan usaha mempertahankan negara Indonesia.

Dalam tulisan tersebut setidaknya gedung madrasah mengalami kehancuran akibat Belanda. Sehingga gedung sempat mengalami kerusakan yang cukup parah yang mengakibatkan proses pendidikan terhambat.

Terlebih ketika Belanda melancarkan agresinya yang kedua dan berhasil menduduki Ibukota Negara serta menawan para petinggi negara pada tahun 19 Desember 1948, Belanda melakukan sebuah propaganda. Propaganda yang menyebarluaskan isu bahwa sang Jendral Besar Sudirman telah meninggal dunia.

Isu tersebut disebarluaskan melalui berbagai media saat itu yang salah satunya melalui radio. Tentu dengan kabar yang beredar menyebabkan semangat juang para pahlawan down. Karena sebagaimana yang diketahui sang jendral memiliki pengaruh besar di dalam perlawanan gerilya.

Padahal ditengah isu yang disebarkan oleh pihak penjajah Belanda tersebut Jendral Soedirman dapat menyelamatkan diri. Beliau meloloskan diri dari kepungan tentara melalui muka halaman gedung Madrasah Mu’allimin. Reruntuhan gedung menjadi saksi atas keberhasilan beliau dalam meloloskan diri tersebut.

Serangan Umum ! Maret membuat penjajah mundur, sumber : id.wikipedia.org

Dan akhirnya dengan gigih dan semangat yang membara sang Jendral bersama pasukannya berhasil melancarkan Serangan Umum 1 Maret yang akhirnya memaksa Belanda untuk mundur dan menghentikan penjajahannya atas bangsa ini.

Dan fakta sebenarnya adalah bahwa jendral besar kebanggaan bangsa dan Muhammadiyah tersebut meninggal di Magelang pada tanggal 29 Januari 1950. Beliau menggal dunia dengan meninggalkan jasa yang begitu berharga bagi kemerdekaan.

Itulah sejarah yang tersimpan di gedung Madrasah Mu’allimin yang dijelaskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam artikel tersebut. Sebuah artikel yang disajikan secara apik dengan fakta yang berusaha untuk disampaikan kebenarannya.

Sumbangsih yang telah diberikan oleh umat islam dalam upaya kemerdekaan dan menjaganya harus diberikan apresiasi yang sepadan. Jangan sampai umat islam di negeri ini merasa termarjinalkan dengan apa yang telah mereka perjuangkan untuk negeri ini.