Banyak di kalangan masyarakat yang mengenal Muhammadiyah adalah organisasi islam yang bergerak dalam dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Tapi apakah anda juga tahu bahwa Muhammadiyah adalah peletak pondasi pendidikan modern di Indonesia melalui pendirinya?
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia. Dengan pendidikan manusia bisa mengetahui banyak hal, meningkatkan kompetensi diri menjadi lebih baik. Dengan pendidikan pula manusia bisa membangun peradaban bangsa dan negaranya.
Pendidikan di Indonesia mengalami banyak dinamika. Di masa negara ini masih dikuasai oleh pemerintahan kerajaan, pendidikan sangat dekat dengan agama yang diyakini oleh seorang raja. Jika raja dari suatu kerajaan adalah hindu, maka pendidikannya mengacu pada agama hindu dan seterusnya.

Begitu pula ketika Indonesia mengalami penjajahan era kolonial Belanda. Pendidikan mengalami masa yang begitu memperihatinkan. Hanya orang-orang dari kalangan bangsawan atau yang berdarah biru yang diijinkan bersekolah oleh pemerintahan penjajah Belanda. Dan bagi rakyat kelas bawah tidak mendapatkan pendidikan sama sekali.
Perjuangan K. H Ahmad Dahlan Dalam Dunia Pendidikan
Kesenjangan itulah yang mendorong rasa empati K. H Ahmad Dahlan hingga beliau menawarkan diri untuk mengajar di sekolah Kweekschool (sekolah guru) dan Osvia ( sekolah among praja) miliki Belanda. Selain sebagai seorang guru, di sekolah tersebut beliau juga mempelajari sistem pendidikan yang ada.
Kweekschool dan Osvia merupakan lembaga pendidikan modern yang dimiliki oleh Belanda. Sehingga fasilitas pendidikan yang dimiliki juga sudah memadai baik meja murid bahkan sampai rak buku. Beda dengan tempat belajar lainnya yang ada pada masa itu.
Namun K. H Ahmad Dahlan memandang pendidikan di kala itu mengalami dualisme. Dimana pendidikan keagamaan khususnya agama islam hanya diajarkan di pesantren-pesantren, sedangkan pendidikan modern yang menyangkut kehidupan dunia hanya diajarkan oleh pendidikan Belanda.

Di sekolahan milik Belanda beliau mengajarkan agama islam bagi para pribumi keturunan bangsawan. Beliau bisa memasuki sekolah tersebut karena beliau juga termasuk bangsawan. Pendahulunya adalah para penasehat raja bagi sultan Jogja.
Antara sekolahan tempat beliau mengajar dan tempat sekitar beliau tinggal terjadi ketimpangan yang begitu nyata. Rakyat biasa hampir semuanya buta huruf, dan kalangan anak-anak yang seharusnya menikmati indahnya pendidikan sama sekali tidak mendapatkannya.
Baca Juga : Masjid At-Tanwir Ramah Lingkungan Dan Disabilitas
Bersama dengan murid-muridnya, K.H ahmad Dahlan merespon hal tersebut dengan aksi nyata. Beliau mengumpulkan anak-anak yang mau belajar untuk berkumpul di kediamannya untuk belajar. Mendapatkan apa yang seharusnya mereka rasakan.
Dari latar belakang itulah akhirnya beliau mendirikan sekolah pertama dari kalangan pribumi dengan sistem modern, yang kemudian dikenal dengan nama Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah tersebut berdiri pada tahun 1911 M lebih awal dari Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara tahun 1922 M.
Sekolah yang beliau dirikan meski terbilang baru namun telah lengkap dengan meja, kursi, papan tulis dan lain-lain selayaknya pendidikan modern kala itu. Dengan demikian tidak salah jika K. H Ahmad Dahlan disebut sebagai bapak pendidikan Indonesia.
“Dalam kesibukannya memberikan pelajaran agama di sekolah pemerintah, ia mendirikan sekolah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah di rumahnya. Ini terjadi pada tahun 1911. Sekolah ini menggunakan sistem Barat, memakai meja, kursi dan papan tulis. Diberikan pula pelajaran pengetahuan umum dan pelajaran agama di dalam kelas. Pada waktu itu anak-anak Kauman masih merasa asing pada pelajaran dengan sistem sekolah. Dia mengadakan modernisasi dalam bidang pendidikan Islam, dari sistem pondok yang hanya diajar secara perorangan menjadi secara kelas dan ditambah dengan pelajaran pengetahuan umum” (Yusron Asrofi, Kyai Haji Ahmad Dahlan : Pemikiran dan Kepemimpinannya, Yogyakarta, 1983, 51).

Hal yang membuat rasa kagum semakin mendalam adalah anak-anak yang sekolah di tempat pendidikan beliau pada mulanya semua digratiskan. Karena memang pelajar yang datang adalah orang-orang tidak mampu yang tidak memiliki harta mencukupi.
Kepedulian K. H Ahmad Dahlan terhadap dunia pendidikan dan masalah sosial sejak awal, bahkan sebelum merdekanya bangsa Indonesia itulah yang menjadikan cirikhas bahwa Muhammadiyah adalah organisasi pencerah. Yang memberikan kontribusi pada negara dalam mengentaskan buta huruf dan kemiskinan.
Jika hari ini Muhammadiyah memilik banyak sekolah dan perguruan tinggi. Tempat pendidikan yang lengkap dengan fasilitas pendukung. Dari meja, alat peraga sampai furnitur yang baik seperti yang ada di toko mebel Jogja. Semua itu merupakan keseriusan Muhammadiyah dalam meneruskan estafet perjuangan pendahulunya.
Sekolah- sekolah milik persyarikatan Muhammadiyah yang ada saat ini merupakan tempat pendidikan modern yang tidak hanya mengajarkan agama. Namun pendidikan modern Muhammadiyah turut mengajarkan pendidikan umum seperti Matematika dan IPS.
Itu semua merupakan perjuangan yang harus diteruskan dari K. H Ahmad Dahlan, untuk menggabungkan antara agama dengan pendidikan umum. Pendidikan yang hanya mengajarkan ilmu umum tanpa diimbangi oleh agama sama saja seakan ingin mengingkari dari adanya Allah SWT.
Itulah sosok dari K. H Ahmad Dahlan yang harus kita tahu. Selain sebagai pendiri Muhammadiyah, beliau adalah tokoh yang amat memperhatikan masalah pendidikan di tanah air. Dan sebaiknya tidak hanya mengenal beliau saja, anda juga harus mengenal IPM dan kegiatannya.